Pages

Jumat, Mei 20

Surat dari anak yang digugurkan

Dear Bunda...

Bagaimana kabar bunda hari ini? Smoga bunda baik-baik saja...nanda juga di sini baik-baik saja bunda... Allah sayang banget deh sama nanda. Allah juga yang menyuruh nanda menulis surat ini untuk bunda, sebagai bukti cinta nanda sama bunda.... J

Bunda, ingin sekali nanda menyapa perempuan yang telah merelakan rahimnya untuk nanda diami walaupun hanya sesaat...

Bunda, sebenarnya nanda ingin lebih lama berada di rahim bunda, ruang yang kata Allah paling kokoh dan paling aman di dunia ini... tapi rupanya bunda tidak menginginkan kehadiran nanda, jadi sebagai anak yang baik, nanda pun rela menukarkan kehidupan nanda demi kebahagiaan bunda. Walaupun dulu, waktu bunda meluruhkan nanda, sakit banget bunda....badan nanda rasanya seperti tercabik-cabik... dan keluar sebagai gumpalan darah yang menjijikan apalagi hati nanda, nyeri, merasa seperti aib yang tidak dihargai dan tidak diinginkan.

Tapi nanda tidak kecewa kok bunda... karena dengan begitu, bunda telah mengantarkan nanda untuk bertemu dan dijaga oleh Allah bahkan nanda dirawat dengan penuh kasih sayang di dalam syurga Nya.

Bunda, nanda mau cerita, dulu nanda pernah menangis dan bertanya kepada Allah, mengapa bunda meluruhkan nanda saat nanda masih berupa wujud yang belum sempurna dan membiarkan nanda sendirian di sini? Apa bunda tidak sayang sama nanda? Bunda tidak ingin mencium nanda? Atau jangan-jangan karena nanti nanda rewel dan suka mengompol sembarangan? Lalu Allah bilang, bunda kamu malu sayang... kenapa bunda malu? karena dia takut kamu dilahirkan sebagai anak haram... anak haram itu apa ya Allah? Anak haram itu anak yang dilahirkan tanpa ayah... Nanda bingung dan bertanya lagi sama Allah, ya Allah, bukannya setiap anak itu pasti punya ayah dan ibu? Kecuali nabi Adam dan Isa? Allah yang Maha Tahu menjawab bahwa bunda dan ayah memproses nanda bukan dalam ikatan pernikahan yang syah dan Allah Ridhoi. Nanda semakin bingung dan akhirnya nanda putuskan untuk diam.

Bunda, nanda malu terus-terusan nanya sama Allah, walaupun Dia selalu menjawab semua pertanyaan nanda tapi nanda mau nanyanya sama bunda aja, pernikahan itu apa sih? Kenapa bunda tidak menikah saja dengan ayah? Kenapa bunda membuat nanda jadi anak haram dan mengapa bunda mengusir nanda dari rahim bunda dan tidak memberi kesempatan nanda hidup di dunia dan berbakti kepada bunda? Hehe,,,maaf ya bunda, nanda bawel banget... nanti saja, nanda tanyakan bunda kalau kita ketemu J

Oh ya Bunda, suatu hari malaikat pernah mengajak jalan-jalan nanda ke tempat yang katanya bernama neraka. Tempat itu sangat menyeramkan dan sangat jauh berbeda dengan tempat tinggal nanda di syurga. Di situ banyak orang yang dibakar pake api lho bunda...minumnya juga pake nanah dan makannya buah-buahan aneh, banyak durinya...yang paling parah, ada perempuan yang ditusuk dan dibakar kaya sate gitu, serem banget deh bunda.

Lagi ngeri-ngerinya, tiba-tiba malaikat bilang sama nanda, Nak, kalau bunda dan ayahmu tidak bertaubat kelak di situlah tempatnya...di situlah orang yang berzina akan tinggal dan disiksa selamanya. Seketika itu nanda menangis dan berteriak-teriak memohon agar bunda dan ayah jangan dimasukkan ke situ.... nanda sayang bunda... nanda kangen dan ingin bertemu bunda... nanda ingin merasakan lembutnya belaian tangan bunda dan nanda ingin kita tinggal bersama di syurga... nanda takut, bunda dan ayah kesakitan seperti orang-orang itu...

Lalu, dengan lembut malaikat berkata... nak,kata Allah kalau kamu sayang, mau bertemu dan ingin ayah bundamu tinggal di syurga bersamamu, tulislah surat untuk mereka... sampaikan berita baik bahwa kamu tinggal di syurga dan ingin mereka ikut, ajaklah mereka bertaubat dan sampaikan juga kabar buruk, bahwa jika mereka tidak bertaubat mereka akan disiksa di neraka seperti orang-orang itu.

Saat mendengar itu, segera saja nanda menulis surat ini untuk bunda, menurut nanda Allah itu baik banget bunda.... Allah akan memaafkan semua kesalahan makhluk Nya asal mereka mau bertaubat nasuha... bunda taubat ya? Ajak ayah juga, nanti biar kita bisa kumpul bareng di sini... nanti nanda jemput bunda dan ayah di padang Mahsyar deh... nanda janji mau bawain minuman dan payung buat ayah dan bunda, soalnya kata Allah di sana panas banget bunda... antriannya juga panjang, semua orang sejak jaman nabi Adam kumpul disitu... tapi bunda jangan khawatir, Allah janji, walaupun rame kalo bunda dan ayah benar-benar bertaubat dan jadi orang yang baik, pasti nanda bisa ketemu kalian.

Bunda, kasih kesempatan buat nanda ya.... biar nanda bisa merasakan nikmatnya bertemu dan berbakti kepada orang tua, nanda juga mohon banget sama bunda...jangan sampai adik-adik nanda mengalami nasib yang sama dengan nanda, biarlah nanda saja yang merasakan sakitnya ketersia-siaan itu. Tolong ya bunda, kasih adik-adik kesempatan untuk hidup di dunia menemani dan merawat bunda saat bunda tua kelak.

Ada Bias Cinta Pada Bola Mata Ibu

Aku adalah anak malang yang tak pernah diinginkan ibu. Ibu selalu membenciku disaat ibu ibu yang lain sangat menyayangi dan mencintai anaknya. Bahkan perseteruanku dengan ibu sudah dimulai sejak aku masih dalam gerha ibu. Bagaimana ibu tega ingin menghabisi nyawaku. Dengan segala macam cara ibu pernah lakukan untuk membunuhku. Mulai dari ramuan-ramuan tradisional hingga obat-obatan berbahaya pernah ibu masukkan ke dalam perutnya. Tapi Tuhan berkehendak lain, aku begitu kuat bercokol dalam perutnya. Apa salahku? Sehingga ibu begitu benci padaku. Bukankah dia yang salah, kenapa mau melakukan perbuatan yang membuat aku ada dalam perutnya.

Racun demi racun ditumpahkan padaku, membuat nafasku hampir saja berhenti, tapi malaikat-malaikat itu menjagaku dengan baik, sehingga aku masih bisa bertahan dalam perutnya. Racun-racun itu telah membuatku merasa panas jika mengenai jantungku, membuat aku merasa pedih jika mengenai mataku, hampir saja tubuhku meleleh tak berbentuk lagi, hingga aku memberontak dari perut ibu karena aku sudah tidak tahan lagi dengan siksaannya, akupun keluar dari perut ibu dengan tangisanku yang sangat keras, mukaku aneh, hidungku ringsek, kakiku kecil sebelah. Ibu tak memberi nama padaku, hanya seorang nenek tua yang memberiku nama Kuat, mungkin dia berharap aku jadi laki-laki yang kuat. Dengan diriku yang tak sempurna membuat ibu semakin marah. Ibu membesarkan aku dengan kebencian dan amarah yang meledak-ledak bagai nyalak petir yang tak kunjung reda. Tak ada kasih sayang sedikitpun untuk aku.

***

Hari-hariku kulalui tanpa kasih sayang dari ibu, aku kesepian dan kedinginan tanpa seorang teman, semua orang jijik melihatku. Kala gelap turun lebih cepat dan matahari tampak letih dan hendak beradu di ufuk barat, angin yang lembut menerpa dedaunan, terkadang mereka bergumul dan mengempas dedaunan pada pohon-pohon hingga segala yang terlewati menjadi kebas. Dan aku sering berlari ke belakang rumah, aku berbicara sama apapun yang aku temui di sana, sama pohon-pohon sama bintang-bintang di langit, karena cuma mereka yang setia menemani aku. Ingin rasanya aku terbang ke langit temui bintang-bintang itu, tapi itu hanya mimpi saja karena aku tidak memiliki sayap.

Malam itu ibu pulang sangat larut, aku mengendap-endap mengintip ibu, kulihat ada memar di pipi ibu. Ingin sekali aku mengobati luka ibu, atau sekedar membawakan air hangat untuknya, entah apa yang dilakukan ibu diluar sana. Aku coba berjalan dekati ibu. Tapi baru saja aku ingin mengobati luka ibu, dia sudah berteriak

“jangan sentuh aku! Anak sialan! Hardik ibu padaku.

“ini semua gara-gara kamu! Amarah ibu semakin jadi, kemudian ibu tampar pipiku, plak!

Sangat keras sekali. Rasanya sangat panas, tapi tak sedikitpun air mata keluar basahi pipiku. Mungkin air mataku sudah kering bagai musim kemarau dibulan juli. Atau air mataku sudah hilang sejak aku merintih dalam perutnya saat dia ingin menghabisi nyawaku.

Tahukan engkau ibu, kalau aku sangat merindukan ibu. Saat kulihat induk kucing yang sedang menyusui anak-anaknya, aku semakin iri sama mereka, betapa sayangnya induk kucing itu pada anak-anaknya.

“kau sangat beruntung sekali, ibumu begitu sayang padamu”ucapku suatu hari pada seekor anak kucing itu.

“Kalau aku jadi kamu, sudah aku habisi perempuan itu” sahut anak kucing

“Tapi dia ibuku” kataku

“Perempuan itu telah jahat padamu, bahkan sejak kamu masih dalam perutnya”

“Tidak! aku tak akan bunuh ibuku, aku rela lakukan apa saja agar dia bisa mencintai aku”

“tapi sampai kapan kamu akan bisa bertahan”

“entahlah” jawabku

Ibu, betapa aku rindu tangan ibu di atas dahiku,kemudian tangan ibu bergerak pelan-pelan mengelusku sampai aku tertidur seperti anak kucing itu. Rinduku sudah merasuk ke dalam sukmaku, menerobos aliran darahku, hingga membuatku sulit bernafas. Setiap hari aku tahan rinduku ini untuk ibu. Tapi tak sedikitpun ibu merasakannya. Ingin aku menangis dan mengadu padamu saat anak-anak itu mengejek aku, ingin rasanya aku menampar mereka seperti yang ibu sering lakukan padaku disaat ibu marah. Tapi aku tak pernah melakukannya. Ibu memperlakukanku seperti binatang yang terbuang.

Malam itu seperti biasa ibu pergi, aku penasaran dengan semua yang ibu lakukan diluar sana, ingin sekali aku mencegah ibu pergi, tapi tentu saja ibu tak kan pernah hiraukan ucapanku. Aku begitu gelisah menunggu ibu pulang, hingga ada seorang yang mengantar ibu. Rupanya ibu baru mendapat musibah. Tubuh ibu lunglai bagai tak bertulang. Kini tubuh ibu tak bisa bergerak, ibu lumpuh. Apa ini sebuah hukuman dari Tuhan untuk ibu? Atau hanya kebetulan saja? Tapi yang jelas sekarang ibu tidak bisa lagi menampar pipiku atau mencaci maki aku dengan ucapannya yang seperti badai itu. Alangkah jahatnya ibu jika aku ingat semua itu.

***

Setelah ibu lumpuh, tak banyak yang bisa ibu kerjakan selain hanya berbaring. Aku berusaha merawat ibu dengan segala kemampuanku. Tak ada dendam di hatiku ibu, aku ikhlas merawat ibu. Semua perlakuan ibu sudah aku maafkan. Kini ibu tidak bisa bekerja, aku berusaha mencari sesuap nasi demi ibu. Aku berjalan tertatih-tatih karena kakiku yang pincang ini, kususuri tiap gang untuk memungut sampah-sampah itu. Semua aku lakukan demi ibu. Aku tak pernah takut semua orang menghinaku, aku juga tidak takut semua orang mengusir aku, cuma satu yang aku takutkan yaitu ibu tak akan pernah mencintai . Aku tak bisa mendapatkan surga dari ibu.

Mungkin malam ini aku hanya bisa membeli sebungkus nasi untuk ibu saja. Dan seperti biasa aku tidak akan makan demi ibu. Saat kusuapi ibu hanya diam, masih kulihat kebencian di mata ibu, meskipun tak sepatah kata terucap dari bibir ibu. Walau akhirnya ibu mau juga menghabiskan nasi itu. Hatiku kian pilu, kenapa ibu tak bisa mencintai aku. Ibu, tahukan ibu diluar sana kala rintik-rintik air mulai turun aku seret kakiku, aku kedinginan ibu, aku juga kelaparan, dan mereka semua mengejekku. Tahukah ibu, diluar sana setiap hari yang kutuju adalah gunungan sampah, tahukah ibu diluar sana aku dipukuli orang semua demi ibu. Kuceritakan ini semua agar ibu terbuka hatinya. Aku keluarkan bungkusan yang aku siapakan untuk ibu. Aku dekati ibu, seperti biasa kulihat sorot mata ibu yang membenciku.

“Ibu, kulihat baju ibu sudah usang dan compang camping, aku ada sedikit uang, dan ini adalah tabunganku selam ini” ucapku sambil membuka bungkusan plastik warna hitam yang aku pegang. Aku pakaikan baju yang aku beli dari pasar tadi siang, meskipun cuma baju murahan . Ibu terlihat bersih saat ini. Tiba-tiba saja tanganku basah oleh sesuatu. Dan saat kulihat ibu ternyata ada buliran-buliran air mata disana. Yah, ada bias cinta pada bola mata ibu. Aku baru sekali ini melihat ibu menangis, bias cinta mata ibu begitu meneduhkan. Tak kulihat lagi kebencian di mata ibu. Aku bagaikan menemukan oase di tengah gurun yang tandus. Rinduku telah tersirami saat buliran-buliran air mata ibu mengenai tanganku. Kuusap lembut pipi ibu yang basah. Aku sayang ibu, aku rindu saat-saat seperti ini sudah lama ibu, Kemudian aku peluk ibu.

Kamis, Mei 19

Secangkir Kopi Asin..


Dia bertemu dengan gadis itu di sebuah pesta, gadis yang menakjubkan. Banyak pria berusaha mendekatinya. Sedangkan dia sendiri hanya seorang laki-laki biasa. Tak ada yang begitu menghiraukannya. Saat pesta telah usai, dia mengundang gadis itu untuk minum kopi bersamanya. Walaupun terkejut dengan undangan yang mendadak, si gadis tidak mau mengecewakannya. Mereka berdua duduk di sebuah kedai kopi yang nyaman. Si laki-laki begitu gugup untuk mengatakan sesuatu, sedangkan sang gadis merasa sangat tidak nyaman.
"Ayolah, cepat. Aku ingin segera pulang", kata sang gadis dalam hatinya.
Tiba-tiba si laki-laki berkata pada pelayan,
"Tolong ambilkan saya garam. Saya ingin membubuhkan dalam kopi saya."
Semua orang memandang dan melihat aneh padanya. Mukanya kontan menjadi merah, tapi ia tetap mengambil dan membubuhkan garam dalam kopi serta meminum kopinya. Sang gadis bertanya dengan penuh rasa ingin tahu kepadanya,
"Kebiasaanmu kok sangat aneh?".
"Saat aku masih kecil, aku tinggal di dekat laut. Aku sangat suka bermain-main di laut, di mana aku bisa merasakan laut... asin dan pahit. Sama seperti rasa kopi ini", jawab si laki-laki.
"Sekarang, tiap kali aku minum kopi asin, aku jadi teringat akan masa kecilku, tanah kelahiranku. Aku sangat merindukan kampung halamanku, rindu kedua orangtuaku yang masih tinggal di sana", lanjutnya dengan mata berlinang. Sang gadis begitu terenyuh. Itu adalah hal sangat menyentuh hati. Perasaan yang begitu dalam dari seorang laki-laki yang mengungkapkan kerinduan akan kampung halamannya. Ia pasti seorang yang mencintai dan begitu peduli akan rumah dan keluarganya. Ia pasti mempunyai rasa tanggung jawab akan tempat tinggalnya.
Kemudian sang gadis memulai pembicaraan, mulai bercerita tentang tempat tinggalnya yang jauh, masa kecilnya, keluarganya... Pembicaraan yang sangat menarik bagi mereka berdua. Dan itu juga merupakan awal yang indah dari kisah cinta mereka. Mereka terus menjalin hubungan. Sang gadis menyadari bahwa ia adalah laki-laki idaman baginya. Ia begitu toleran, baik hati, hangat, penuh perhatian... Ia emang adalah pria baik yang hampir saja diabaikan begitu saja.
Untung saja ada kopi asin !
Cerita berlanjut seperti tiap kisah cinta yang indah: sang putri menikah dengan sang pangeran, dan mereka hidup bahagia... Dan, tiap ia membuatkan suaminya secangkir kopi, ia membubuhkan sedikit garam didalamnya, karena ia tahu itulah kesukaan suaminya. Setelah 40 tahun berlalu, si laki-laki meninggal dunia. Ia meninggalkan sepucuk surat bagi istrinya:
> "Sayangku, maafkanlah aku. Maafkan kebohongan yang telah aku buat sepanjang hidupku. Ini adalah satu-satunya kebohonganku padamu -- tentang kopi asin. Kamu ingat kan saat kita pertama kali berkencan? Aku sangat gugup waktu itu. Sebenarnya aku menginginkan sedikit gula. Tapi aku malah mengatakan garam. Waktu itu aku ingin membatalkannya, tapi aku tak sanggup, maka aku biarkan saja semuanya. Aku tak pernah mengira kalau hal itu malah menjadi awal pembicaraan kita. Aku telah mencoba untuk mengatakan yang sebenarnya kepadamu. Aku telah mencobanya beberapa kali dalam hidupku, tapi aku begitu takut untuk melakukannya, karena aku telah berjanji untuk tidak menyembunyikan apapun darimu... Sekarang aku sedang sekarat. Tidak ada lagi yang dapat aku khawatirkan, maka aku akan mengatakan ini padamu: Aku tidak menyukai kopi yang asin. Tapi sejak aku mengenalmu, aku selalu minum kopi yang rasanya asin sepanjang hidupku. Aku tidak pernah menyesal atas semua yang telah aku lakukan padamu. Aku tidak pernah menyesali semuanya. Dapat berada disampingmu adalah kebahagiaan terbesar dalam hidupku. Jika aku punya kesempatan untuk menjalani hidup sekali lagi, aku tetap akan berusaha mengenalmu dan menjadikanmu istriku walaupun aku harus minum kopi asin lagi."
Sambil membaca, airmatanya membasahi surat itu. Suatu hari seseorang menanyainya,
"Bagaimana rasa kopi asin?" Ia menjawab, "Rasanya begitu manis."

Jangan Pernah Berkata “TIDAK”


Suatu ketika seorang pembuat jam berkata kepada jam yang sedang dibuatnya,”Wahai jam, apakah kamu sanggup berdetak 31.104.000 kali dalam setahun?”

“Ha? Mana mungkin!” teriak jam terkejut.

”Bagaimana kalau 86.400 kali sehari?” tawar tukang jam itu.

”Gak mungkinlah aku bisa berdetak sebanyak itu!” jawab jam penuh kesangsian.

”Kalau 3.600 kali dalam satu jam saja?” tanya tukang jam itu penuh harap.

”Waduh, gak mungkinlah saya berdetak 3.600 kali dalam sejam,” kata jam itu lagi.

Lama keduanya terdiam, lalu berkatalah tukang jam itu lagi,”bagaimana kalau 1 kali saja setiap detik?”

”Nah, kalau 1 kali saja, itu baru oke,” jawab jam sambil tersenyum penuh antusias.

Maka setelah jam tersebut selesai dibuat, berdetaklah ia satu kali setiap satu detik. Tanpa terasa detik berganti menit, berubah menjadi jam dan hari. Hari berganti minggu dan bulan. Jam tersebut masih berdetak bahkan sampai setahun tanpa henti. Dan itu berarti jam itu sudah berdetak sebanyak 31.104.000 kali!

Moral cerita:
Ada kalanya kita ragu dengan pekerjaan, target dan tugas yang diberikan kepada kita. Semuanya terasa begitu berat. Namun saat kita sudah menjalankannya, kita baru menyadari bahwa ternyata kita mampu. Bahkan untuk sesuatu yang sebelumnya kita anggap tidak mungkin.
Jangan pernah berkata ”tidak” sebelum kita berhenti mencobanya.

Kata Bijak Hari ini:
Ada yang mengukur hidup mereka dengan hari dan tahun. Yang lain dengan denyut jantung dan derai air mata. Tetapi ukuran sejati di bawah matahari adalah apa yang sudah kamu lakukan untuk orang lain.

Tidak Selalu Harus Berwujud "Bunga"


by: Unknown Female Author

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di perasaan saya, ketika saya bersandar di bahunya yang bidang. Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, harus saya akui, bahwa saya mulai merasa lelah. Alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.

"Mengapa?" tanya suami saya dengan terkejut.

"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan" jawab saya.

Suami saya terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?

Dan akhirnya suami saya bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk mengubah pikiran kamu?"

Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam perasaan saya, saya akan mengubah pikiran saya. Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk saya?"

Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok."

Perasaan saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan coret-coretan tangannya di bawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan...

"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."

Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.

"Kamu selalu pegal-pegal pada waktu 'teman baik kamu' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kaki kamu yang pegal."

"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu khawatir kamu akan menjadi 'aneh'. Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur kamu di rumah atau meminjamkan lidah saya untuk menceritakan hal-hal lucu yang saya alami."

"Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi, terlalu dekat membaca buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu. Saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu."

"Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah kamu."

"Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di tebing gunung itu hanya untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air mata kamu mengalir menangisi kematian saya."

"Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu lebih daripada saya mencintai kamu. Untuk itu Sayang, jika semua yang telah diberikan tangan saya, kaki saya, mata saya tidak cukup buat kamu, saya tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakan kamu."

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya.

"Dan sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan saya untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana menunggu jawaban kamu."

"Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini, Sayang, biarkan saya masuk untuk membereskan barang-barang saya, dan saya tidak akan mempersulit hidup kamu. Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu bahagia."

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang segelas susu dan roti kesukaan saya.

Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih daripada dia mencintai saya.

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga".

Terimakasih Ayah, telah menunjukkan kepada saya betapa miskinnya kita

Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah
kampung dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa
orang-orang bisa sangat miskin.

Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat
miskin.

Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya kepada anaknya. "Bagaimana
perjalanan kali ini?"

"Wah, sangat luar biasa Ayah"

"Kau lihatkan betapa manusia bisa sangat miskin" kata ayahnya.

"Oh iya" kata anaknya

"Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?" tanya ayahnya.

Kemudian si anak menjawab.

"Saya saksikan bahwa :

Kita hanya punya satu anjing, mereka punya empat.

Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ke
tengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang
tidak ada batasnya.

Kita mengimpor lentera-lentera di taman kita dan
mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari.

Kita memiliki patio sampai ke halaman depan,
dan mereka memiliki cakrawala secara utuh.

Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal
dan mereka memiliki ladang yang melampaui
pandangan kita.

Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita,
tapi mereka melayani sesamanya.

Kita membeli untuk makanan kita,
mereka menumbuhkannya sendiri.

Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan
kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat
untuk saling melindungi."

Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berbicara.

Kemudian sang anak menambahkan "Terimakasih Ayah, telah menunjukkan
kepada saya betapa miskinnya kita."

Betapa seringnya kita melupakan apa yang kita miliki dan terus
memikirkan apa yang tidak kita punya.

Apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang ternyata merupakan
dambaan bagi orang lain.

Semua ini berdasarkan kepada cara pandang seseorang.

Membuat kita bertanya apakah yang akan terjadi jika kita semua
bersyukur kepada Tuhan sebagai rasa terima kasih kita atas semua yang
telah disediakan untuk kita daripada kita terus menerus khawatir untuk
meminta lebih.

Kasihilah Selagi Bisa

Untuk mengingatkan bahwa ada orang yang menyayangi kita (mungkin...) tanpa kita sadari... sampai suatu saat kita harus kehilangannya...... dan apakah kita harus kehilangannya lebih dahulu untuk menyadarinya....?

Semuanya itu disadari John pada saat dia termenung seorang diri, menatap kosong keluar jendela rumahnya.

Dengan susah payah ia mencoba untuk memikirkan mengenai pekerjaannya yang menumpuk. Semuanya sia-sia belaka. Yang ada dalam pikirannya hanyalah perkataan anaknya, Magy, di suatu sore sekitar 3 minggu yang lalu.

Malam itu, 3 minggu yang lalu John membawa pekerjaannya pulang. Ada rapat umum yang sangat penting besok pagi dengan para pemegang saham.

Pada saat John memeriksa pekerjaannya, Magy, putrinya yang baru berusia 2 tahun datang menghampiri, sambil membawa buku ceritanya yang masih baru. Buku baru bersampul hijau dengan gambar peri.
Dia berkata dengan suara manjanya,
"Papa lihat !"
John menengok ke arahnya dan berkata,
"Wah, buku baru ya ?"
"Ya Papa!" katanya berseri-seri, "Bacain dong !"
"Wah, Ayah sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh", kata John dengan cepat sambil mengalihkan perhatiannya pada tumpukan kertas di depan hidungnya.
Magy hanya berdiri terpaku di samping John sambil memperhatikan. Lalu dengan suaranya yang lembut dan sedikit dibuat-buat mulai merayu kembali,
"Tapi mama bilang Papa akan membacakannya untuk Magy".
Dengan perasaan agak kesal John menjawab,
"Magy dengar, Papa sangat sibuk. Minta saja Mama untuk
membacakannya."
"Tapi Mama lebih sibuk daripada Papa," katanya sendu.
"Lihat Papa, gambarnya bagus dan lucu."
"Lain kali Magy, sana! Papa sedang banyak kerjaan."
John berusaha untuk tidak memperhatikan Magy lagi.

Waktu berlalu, Magy masih berdiri kaku di sebelah ayahnya sambil memegang erat bukunya.
Lama sekali John mengacuhkan anaknya. Tiba-tiba Magy mulai lagi,
"Tapi Papa, gambarnya bagus sekali dan ceritanya pasti
bagus!
Papa pasti akan suka."
"Magy, sekali lagi Ayah bilang, lain kali!" dengan agak keras John membentak anaknya.
Hampir menangis Magy mulai menjauh, "Iya deh, lain kali ya Papa, lain kali."
Tapi Magy kemudian mendekati Ayahnya sambil menyentuh lembut tangannya,menaruh bukunya dipangkuan sang Ayah sambil berkata,

"Kapan saja Papa ada waktu ya, Papa tidak usah baca untuk Magy, baca saja untuk Papa. Tapi kalau Papa bisa, bacanya yang keras ya, supaya Magy juga bisa ikut dengar."
John hanya diam.

Kejadian 3 minggu yang lalu itulah sekarang yang ada dalam pikiran John.John teringat akan Magy yang dengan penuh pengertian mengalah.

Magy yang baru berusia 2 tahun meletakkan tangannya yang mungil di atas tangannya yang kasar mengatakan, "Tapi kalau bisa bacanya yang keras ya Pa, supaya Magy bisa ikut dengar."
Dan karena itulah John mulai membuka buku cerita yang diambilnya, dari tumpukan mainan Magy di pojok ruangan. Bukunya sudah tidak terlalu baru, sampulnya sudah mulai
usang dan koyak. John mulai membuka halaman pertama dan dengan suara parau mulai membacanya. John sudah melupakan pekerjaannya yang dulunya amat penting.
Ia bahkan lupa akan kemarahan dan kebenciannya terhadap pemuda mabuk yang dengan kencangnya menghantam tubuh putrinya di jalan depan rumah.
John terus membaca halaman demi halaman sekeras mungkin, cukup keras bagi Magy untuk dapat mendengar dari tempat peristirahatannya yang terakhir.
Mungkin...
"Lakukan sesuatu untuk seseorang yang anda kasihi sebelum terlambat, karena sesal kemudian tidak akan ada gunanya lagi....
Lakukan sesuatu yang manis untuk orang-orang yang kamu kasihi, dengan waktu yang anda punya..."

Cinta sejati itu ada ! (true story)

Cerita ini adalah kisah nyata... dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam sebuah laptopnya.

Bacalah, semoga kisah nyata ini menjadi pelajaran bagi kita semua.

***

Cinta itu butuh kesabaran...

Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita???

Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita...

Aku menjadi perempuan yg paling bahagia...

Pernikahan kami sederhana namun meriah...

Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu.

Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula.

Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya.

Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu...

Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci...

Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku... sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku.

Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangatterlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikahdengannya.

***

Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasawaktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua sajakarena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikatkecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga kami.

Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya.

Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku...

Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA.

Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknyatidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkandari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku...

Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka...

Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalamikecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari mautyang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu.

Ia dirawat dirumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelahkecelakaan. Aku selalu menemaninya siang & malam sambil kubacakanayat-ayat suci Al – Qur'an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dandari tempat aku melakukan aktivitas sosial ku, aku sibuk mengurussuamiku yang sakit karena kecelakaan.

Namun saat ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami,aku melihat di dalam kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan teman-temansuamiku, dan disaat itu juga.. aku melihat ada seorang wanita yangsangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibursuamiku.

Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihatsuami ku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih di hadapannya.

Kubuka pintu yang tertutup rapat itu sambil mengatakan,"Assalammu'alaikum" dan mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenakdi depan pintu dan mereka semua melihatku. Suamiku menatapku penuhmanja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalutertutup.

Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat.Setelah aku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata"Assalammu'alaikum", ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yg lirihnamun penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.

Lalu.. Ibu nya berbicara denganku ...

"Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri".

Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernahmencintainya, perempuan itu bernama Desi dan dia sangat akrab dengankeluarga suamiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Akupun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalamruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.

Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku,baru sebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik ipar ku yangbernama Dian mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dansuamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.

Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata, "lebih baik kau pulang saja, adakami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. "

Anehnya, aku tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasanabang harus banyak beristirahat dan karena psikologisnya masih labil.Aku berdebat dengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkanberpamitan dengan suamiku. Tapi tiba-tiba ibu mertuaku datangmenghampiriku dan ia juga mengatakan hal yang sama. Nantinya dia akanmemberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak berpamitan padanya,toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah ataupuntidak, suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergimeninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata.

Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai iakembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalamkesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.

***

Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain.

Pagi itu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamikumemanggil ku ke taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, iamengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yangbertaburan di kolam air mancur itu.

Aku bertanya, "Ada apa kamu memanggilku?"

Ia berkata, "Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang"

Aku menjawab, "Ia sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu di travel bag dan kamu sudah memeegang tiket bukan?"

"Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku jugasudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah danaku akan pulang dengan mama ku", jawabnya tegas.

"Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamudisana?", tanya ku balik kepadanya penuh dengan rasa penasaran dansedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencanakepulanggannya itu, padahal aku telah bersusah payah mencarikan tiketpesawat untuknya.

"Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti", jawabnya tegas.

"Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggutidak bertemu, ya kan?", lanjut nya lagi sambil memelukku dan menciumkeningku. Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh akutunjukkan pada nya.

Bahagianya aku dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang &cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.

Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku, tapikarena keluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padakukarena suamiku sangat sayang padaku.

Kemudian aku memutuskan agar ia saja yg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.

Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganyaharus komplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikanoleh keluarganya harus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuatmereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.

Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluanyang akan dibawanya ke Sabang, ia menatapku dan menghapus airmata yangjatuh dipipiku, lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam takmerelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apayang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergiolehnya.

Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi.

Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalah teman mengobrolku.

Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya.

Sampai keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya.Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku takboleh berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akanselalu menelponku.

***

Berjauhan dengan suamiku, aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasasendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis,jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke Sabang.

Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku punjatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali.Tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini, sampai-sampai akumengalami pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh adiklaki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis akuterkena kanker mulut rahim stadium 3.

Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi..

Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selaluberharap akan punya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisamemberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memeluk adikku.

Aku kangen pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, "kapankah ia segera pulang?" aku tak tahu..

Sementara suamiku disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marahjika menelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika iaselalu marah-marah terhadapku..

Lebih baik aku tutupi dulu tetang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang.

Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akancerita padanya. Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hariaku hitung...

Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihatfoto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk.

Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms.

Ia menulis, "aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi".

Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam sajaego yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya dirumah.

Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfumkesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku juga akanmenyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir-akhir ini.

Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam.Sebelum masuk, aku pegang tangannya kedepan teras namun ia tetapberdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucucikedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami.

Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya..

Masya Allah.. ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsungnaik keruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku..

Aku hanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaannya sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkanaku pada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.

Biasa nya kami selalu berjama'ah, tapi karena melihat nya tidur sangatpulas, aku tak tega membangunkannya. Aku hanya mengeelus wajahnya danaku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3raka'at.

***

Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinyadari balkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi. Lalu akumemanggilnya tapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambil jilbabku dan akuberlari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer darirahimku untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi.

Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku?

Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saatitu juga aku langsung menelpon kerumah mertuakudan kebetulan Dian yangmengangkat telponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedangterjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab, "Loe pikir ajasendiri!!!". Telpon pun langsung terputus.

Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamikuberubah setelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mauberbicara padaku, apalagi memanjakan aku.

Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepastanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kami hanya berbicaraseperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku darimana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras.Suamiku telah berubah.

Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya berzina denganmantan pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhkuserendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorangsuami, status suami tetap di atas para istri, itu pedoman yang akupegang.

Aku hanya berdo'a semoga suamiku sadar akan prilakunya.

***

Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangissetiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yangbaru saja berkenalan.

Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinyatetap seperti itu, aku tetap merawatnya & menyiakan segala yang iaperlukan. Penyakitkupun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun iatak pernah bertanya perihal obat apa yang aku minum. Kebahagiaan kutelah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahukapan ini semua akan berakhir.

Bersyukurlah.. aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagaiseorang guru ngaji, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untukpengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.

Sungguh.. suami yang dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telahmenjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhkuuntuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malamusai, suamiku memanggilku.

"Ya, ada apa Yah!" sahutku dengan memanggil nama kesayangannya "Ayah".

"Lusa kita siap-siap ke Sabang ya." Jawabnya tegas.

"Ada apa? Mengapa?", sahutku penuh dengan keheranan.

Astaghfirullah.. suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadikasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antarakami.

Dia mengatakan "Kau ikut saja jangan banyak tanya!!"

Lalu aku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa keSabang sambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi.

Dua tahun pacaran, lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula iamenjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuhcinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin..sangat dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Inginrasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa.

Suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi,suka membanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkansikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinyabicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku..

***

Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalamanaku tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telahberkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu adaacara apa ini..

Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalamkamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabung dengan keluargabesarnya.

Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dalamlemari tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua yang telah adasebelum suamiku lahir tiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baikpadaku memanggil ku untuk bersegera berkumpul diruang tengah, aku punmenuju ke ruang keluarga yang berada ditengah rumah besar itu, yangtampak seperti rumah zaman peninggalan belanda.

Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya padanya.

Tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan.

"Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kauFisha". Neneknya berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam.

"Ada apa ya Nek?" sahutku dengan penuh tanya..

Nenek pun menjawab, "Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yangsempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!".

Aku menangis.. untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku?

"Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu.. sebelum kaumenikah dengannya. Tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau diatur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau." Neneknya berbicara sangatlantang, mungkin logat orang Sabang seperti itu semua.

Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.

"Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya", neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.

Sedangkan suamiku hanya terdiam saja, tapi aku lihat air matanya. Inginaku peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punyakeberanian itu.

Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dariucapannya dengan mimik wajah yang sangat menantang kemudian berkata,"kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan?"

MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. aku ingin jatuh pingsan. Hati iniseakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikapseperti ini terhadapku..

Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulaukayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.

"Fish, jawab!." Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab.

Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas.

"Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapatberdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depankeluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami."

Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan padasaat itu juga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi airmataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka.

Aku lalu bertanya kepada suamiku, "Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah?"

Suamiku menjawab, "Dia Desi!"

Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara, "Kapanpernikahannya berlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahanini Nek?."

Ayah mertuaku menjawab, "Pernikahannya 2 minggu lagi."

"Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untukmenyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok", setelah berbicaraseperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.

Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat,aku buka pintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Inginberteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini,cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi akutnya penyakitku..

Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini?

Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, "sudah tidak cantikkah aku ini?"

Ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok.Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutkusudah hampir habis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.

Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yang datang, iaberdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku bersegeramemandangnya dari cermin meja rias itu.

Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, "terima kasih ayah, kamumemberi sahabat kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggalpergi kamu nanti! Iya kan?."

Suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun iatersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok, dia hanya mengatakanjangan salah memakai shampo.

Dalam hatiku bertanya, "mengapa ia sangat cuek?" dan ia sudah takmemanjakanku lagi. Lalu dia berkata, "sudah malam, kita istirahat yuk!"

"Aku sholat isya dulu baru aku tidur", jawabku tenang.

Dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu,kapan aku akan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusipernikahan suamiku.

Aku tak tahu kalau Desi orang Sabang juga. Sudahlah, ini mungkintakdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti dulu, yang sangatmemanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu.

***

Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.

Di laptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marahpada suamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamikuyang sedang tidur pulas, apa salahku? sampai ia berlaku sekejam itukepadaku. Akusave di mydocument yang bertitle "Aku Mencintaimu Suamiku."

Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untukkeluar. Aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, karenamungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangatlama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaian pengantinnya masukdan berbicara padaku.

"Apakah kamu sudah siap?"

Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata :

"Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masukkedalam rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakikudulu, lalu ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do'a diubun-ubunnya sebagaimana yang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelahitu..", perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskanpembicaraan itu, aku ingin menagis meledak.

Tiba-tiba suamiku menjawab "Lalu apa Bunda?"

Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dengan mata yang berbinar-binar...

"Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan?", pintaku tuk menyakini bahwa kuping ini tidak salah mendengar.

Dia mengangguk dan berkata, "Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apabunda?", sambil ia mengelus wajah dan menghapus airmataku, dia agaksedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja.

Dia tersenyum sambil berkata, "Kita liat saja nanti ya!". Dia memelukkudan berkata, "bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temuiselain mama".

Kemudian ia mencium keningku, aku langsung memeluknya erat dan berkata,"Ayah, apakah ini akan segera berakhir? Ayah kemana saja? Mengapa Ayahberubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangen belaian kasih sayang Ayah?Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah? Dan satu hal lagiyang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! Dulu.. waktu awalkita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulanbersama Ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu adalahlelaki yang aku cari. Bukan berarti aku pernah berzina Ayah." Akulangsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata,"Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah".

Saat itu juga, diangkatnya badanku.. ia hanya menangis.

Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali.Tiba-tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beresdenganku dan ia bertanya, "bunda baik-baik saja kan?" tanyanya denganpenuh khawatir.

Aku pun menjawab, "bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti duluitu sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang".Karena dia akan menikah. Aku tak mau membuat dia khawatir. Dia haruskhusyu menjalani acara prosesi akad nikah tersebut.

***

Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku.

Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu, membuathati ini cemburu, ingin berteriak mengatakan, "Ayah jangan!!", tapi akuingat akan kondisiku.

Jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab-qabul tersebut. Begituijab-qabul selesai, aku menarik napas panjang. Tante Lia, tante yangbaik itu, memelukku. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini.Ya... aku kuat.

Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding dipelaminan.Orang-orang yang hadir di acara resepsi itu iba melihatku, merekamelihatku dengan tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahku yangselalu tersenyum, tapi dibalik itu.. hatiku menangis.

Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja. Takmencuci kakinya. Aku sangat heran dengan perilakunya. Apa iya, diatidak suka dengan pernikahan ini?

Sementara itu Desi disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di musuhi.

Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? Suamiku akan tidur denganperempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tahu apa yang sedang merekalakukan didalam sana.

Sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untukberwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofaruang tengah. Kudekati lalu kulihat. Masya Allah.. suamiku tak tidurdengan wanita itu, ia ternyata tidur disofa, aku duduk disofa itusambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia memegang tangankiriku, tentu saja aku kaget.

"Kamu datang ke sini, aku pun tahu", ia berkata seperti itu. Akutersenyum dan megajaknya sholat lail. Setelah sholat lail ia berkata,"maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nyaaku. Besok kita pulang ke Jakarta, biar Desi pulang dengan mama, papadan juga adik-adikku"

Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakkuuntuk istirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyumsaja, sudah lama ini tidak terjadi. Ya Allah.. apakah Engkau akanmenyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini, karena akutelah merasakan kehadirannya saat ini. Tapi.. masih bisakah engkauijinkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yang telah hilangselama 2 tahun ini..

Suamiku berbisik, "Bunda kok kurus?"

Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.

Aku pun berkata, "Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi?"

"Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. Kamu sudahsering terluka oleh sikapku yang egois." Dengan lembut suamiku menjawabseperti itu.

Lalu suamiku berkata, "Bun, ayah minta maaf telah menelantarkan bunda..Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintaiayah, bunda seperti mengejar sesuatu, seperti mengejar harta ayah dansatu lagi.. ayah pernah melihat sms bunda dengan mantan pacar bundadimana isinya kalau bunda gak mau berbuat "seperti itu" dan tulisanseperti itu diberi tanda kutip ("seperti itu"). Ayah ingin ngomong tapitakut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalau bunda pernah tidurdengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluargaayah karena ayah terlalu memanjakan bunda"

Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak adakepercayaan di dirinya, hanya karena omongan keluarganya yang tidakpernah melihat betapa tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupkuini.

Aku hanya menjawab, "Aku sudah ceritakan itu kan Yah. Aku tidak pernahberzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejarhartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahal banyak lelaki yang lebihmapan darimu waktu itu Yah. Jika aku hanya mengejar hartamu, aku takmungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu."

Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendiriandikamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengansuamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga.

Karena aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci.

***

Keesokan harinya...

Ketika aku ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing,rahimku sakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukanmain, ia langsung menggendongku.

Aku pun dilarikan ke rumah sakit..

Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku..

Aku merasakan tanganku basah..

Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran.

Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan, "Bunda, Ayah minta maaf..."

Berkali-kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku?

Aku berkata dengan suara yang lirih, "Yah, bunda ingin pulang.. bundaingin bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah.."

"Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah... !!! Bunda sayang banget sama Ayah."

Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas,kakiku sudah tak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangansuamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang air mata.

Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil.

Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku..

Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka..

Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah.

Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku.

Untuk Ibu mertuaku : "Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmusampai aku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah Ma.. dari dulu akuselalu berdo'a agar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnahdiriku didepan suamiku, apa engkau punya buktinya Ma? Mengapa engkausangat cemburu padaku Ma? Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernahmenyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apayang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku. DenganDesi kau sangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap sebaliknya."

***

Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku.

=====================================================

http://photos-h.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash1/hs462.ash1/25389_1105933704700_1717523000_200559_1115491_n.jpg"border="0" class="linked-image" />

Ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku?

Aku dihina oleh mereka ayah.

Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?

Pernah suatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karenadia adik iparku tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangatterlihat Ayah..

Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan iamemanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa sepertiitu ayah?

Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah..

Aku diusir dari rumah sakit.

Aku tak boleh merawat suamiku.

Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku.

Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku.

Aku sangat marah..

Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi danibunya..

Aku tak mau sakit hati lagi.

Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku..

Engkau Maha Adil..

Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah..

Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku..

Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu..

Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..

Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku..

Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah..

Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu.

Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui.

Tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku.

Aku harus sadar diri.

Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu.

Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku?

Ayah.. aku masih tak rela.

Tapi aku harus ikhlas menerimanya.

Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya.

Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku.

Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir.

Sebelum ajal ini menjemputku.

Ayah.. aku kangen ayah..

=====================================================

Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu, Bunda..

Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi di Pulau Kayu ini.

Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.

Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur.

Bunda akan selalu hidup dihati ayah.

Bunda.. Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah..

Desi sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku,rambutku tak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya.

Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, hidup dalam kesendirianmu..

Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan Bunda yang halus.

Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..

Bunda, kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui.

Aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku..

Bunda.. maafkan aku.. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang panjang.

Maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalumeng-iyakan apa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka.Maafkan aku ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitusaja.

Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana?

Apakah Bunda tetap menanti ayah disana? Tetap setia dialam sana?

Tunggulah Ayah disana Bunda..

Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon..

Ayah Sayang Bunda..

***

NB : Buruan ambil tisu gih.. T.T

Pengorbanan seorang PRIA yang kadang tidak diketahui WANITA

1. Seorang anak laki - laki, dengan uang jajan seadanya.. diberi orang tua nya agar bisa makan di kantin sekolah, atau ongkos transportasi ke sekolah..

kalian merasa dia akan menggunakan semua uang jajannya?

dia selalu menabung untukmu selama tiap hari, menahan lapar, menahan segala ajakan teman untuk pergi bermain dan berharap cukup untuk mengajakmu pergi jalan - jalan di hari minggu nanti.., mungkin hanya sekedar nonton atau pergi makan,.. =)

lalu ketika hari minggu yang dimaksud, kau jawab : " duh,.. sori ni kek nya aku gak bisa pegi sama kamu hari ini soalnya diajakin keluarga pegi... maap "

selamat,.. kamu udah sukses menghancurkan perasaan, pengorbanan anak laki - laki tersebut.. mungkin mereka tak pernah menangis, atau pun curhat sama temannya,.. karna mereka itu jantan! mereka selalu menyimpan perasaannya seorang diri.

2. Ketika beranjak dewasa, para wanita cantik hanya akan pergi sama cowo yang punya kendaraan roda 4.. ketika pria harus bersaing untuk mendapatkan dirimu, mereka akan lebih berhemat mati2an agar bisa mengajak mu untuk berkencan,..

ketika engkau mau d ajak pergi, dan kaget untuk pertama kali engkau dijemput memakai motor,..

lalu engkau menjawab " duh rambut gw rusak nih,..." " duh, siang bolong gini kamu ngajakin aku pergi... panas tau " " duhhhh, debu, panas... laen kali aja ya ? "

mungkin kamu tidak sadar mengatakannya,.. tapi percaya lah.. hati mereka sakit..

3. Ketika sudah berkeluarga,... anda tau? mereka kerja banting tulang seharian penuh untuk mencukupi kalian makan..

tau pepatah ini gak?

" Seorang ayah makan telur ayam, sedangkan anak istrinya makan daging ayam "

Di benak seorang ayah, asalkan anak istrinya bahagia itu udah cukup,.. kalo perlu gak makan, ato sekedar makan mi instan, asalkan anak istri bisa makan dia uda senang,.. jangan suka menyia2kan uang hasil kerja keras suami mu itu..

4. Ketika punya anak, sudah meranjak dewasa.. dia kesulitan untuk membiayai keluarganya,.. tapi ada satu hal yang harus kalian tau..

" mau ayah / suami mu seorang perampok, pencuri, penjudi atau kriminal lainnya,.. ketika uang itu diberikan pada mu,.. dia ikhlas memberikannya padamu, dan RELA MENANGGUNG DOSA UNTUK MU "

ini hanya untuk bahan renungan wanita saja dan memang tidak semua wanita seperti ini kok

Sedikit makna dr pelukan si 'Dia'

1. Pelukan: Tangan melingkar di bahu Tangan melingkar di bahu pasangan, tubuh ditegakkan, badan condong ke depan. Pada umumnya gerakan ini dilakukan pada saat berdansa. Menunjukkan rasa respect, sayang, dan kagum. Namun tidak memungkiri pelukan ini dilakukan saat Anda dan si dia sedang berada di beranda rumah, menikmati sinar bulan dan saling berpandangan. Wow, artinya Anda dan si dia sedang dimabuk cinta

2. Pelukan: Tangan Melingkar di dada Peluk dadanya dengan erat dan nikmati perasaan nyaman dan aman. Pelukan semacam ini menimbulkan suatu harapan baru dan kenyamanan luar biasa. Ketika perasaan tidak tenang dan gugup, suatu pelukan ini akan menenangkan dan meredakan kegelisahan serta kesedihan. Tips: biarkan tangan Anda mengusap lembut punggungnya setiap kali pelukan ini Anda lakukan. Tentunya ia akan merasakan kenyamanan luar biasa, sama seperti yang Anda rasakan. Ketika ada suatu permasalahan besar, setidaknya masalah ini akan berkurang.

3. Pelukan: Tangan melingkar di pinggang Letakkan tangan Anda di lingkar pinggangnya, raih secara lembut dan dekatkan pada tubuh Anda. Tentunya terbangun suatu kedekatan yang luar biasa saat Anda dan dia sama-sama merasakan kehangatan tubuh masing-masing. Letakkan kepala Anda di dadanya dan rasakan degup jantungnya. Nah, Anda tentu mendengar bahwa di setiap detak jantungnya hanya nama Anda yang disebut. Pelukan ini menandakan kepercayaan, rasa cinta, pasrah dan kenyamanan.

4. Pelukan: Dari samping (kanan atau kiri) Peluk pinggangnya dari samping, kanan atau kiri, rebahkan kepala Anda dengan lembut di dadanya. Hmm…sudah mulai terasa kenyamanan itu kan? That’s right, memang inilah yang Anda butuhkan. Suatu perasaan nyaman dan terlindungi. Kelebihan dari pelukan ini menunjukkan kedekatan antara Anda dan si dia. Sekaligus menjadi sinyal tatkala Anda ingin bercinta dengannya.

5. Pelukan: Dari belakang Ada kalanya Anda memeluknya dari belakang. Saat ini dia merasa sangat nyaman, dan berpikir bahwa Anda sangat manja dan butuh perlindungan serta kasih sayang. Dan perasaan ini juga langsung tembus ke dalam dadanya. Kehangatan yang Anda berikan menyebar ke seluruh tubuhnya membuat ia tak akan pernah mau berpaling dari Anda.

All about Spongebob & Patrick

Mungkin buat sebagian orang melihat Spongebob & Patrick adalah 2 makhluk yang bodoh dan tolol..

namun tahukah kalian, dari kebodohan meraka itu tersembunyi makna yang begitu dalam..

berikut ini adalah contoh-contoh hikma yang bisa kita ambil dr kebodohan mereka..



1.”pengetahuan tidak dapat menggantikan persahabatan. Aku (Patrick) lebih suka jadi idiot daripada kehilanganmu (Spongebob)”

2. spongebob: Apa yg biasanya kau lakukan saat aku pergi?

patrick : menunggumu kembali..

3. Saat sponge bob menjadi kaya dan melupakan patrick juga tmn2 spongebob yang kaya pergi dari spongebob, spongebob memohon kepada patrick, dan patrick berkata:

“kalau uang bisa membuatku melupakan sahabat terbaikku, maka aku lebih memilih untuk tidak punya uang sama sekali”

4. Saat patrick di fitnah mencuri jaring ubur2 nya spongebob,patrick berkata:

” Tak apa kawan.. aku mungkin hanya bintang laut yang jelek.. lebih baik aku pergi dari bikini bottom.. ini, ambil saja barang2ku.. tapi aku tak pernah mengambil jaring mu kawan..”

(Patrick dituduh nyolong jaring dan dia sabar aja)

5. Patrick berteriak : “AKU JELEK DAN AKU BANGGA!!!”

6. Kalau kamu memberitahukan rahasia kepada seseorang, maka itu namanya bkn rahasia lagi.

7. pas spongebob mau masuk anggota jelly spotter..

terakhirnya patrick bilang: “pemujaan yang berlebihan itu tidak sehat..”

8. waktu itu ortu Patrick mau datang jenguk anaknya. Tapi Patrick takut dikatain bodoh sama ortunya. Demi Patrick, SpongeBob bela2in akting jadi orang bego biar ortu Patrick ga ngatain anaknya bego. Trus Patrick bilang ke SpongeBob: “TEMAN ADALAH KEKUATAN

9. waktu patrick dianggap ada keturunan raja terus mulai ngambil barang2 milik orang lain, terus dia berkata: “hidup itu memang tidak adil, jadi biasakanlah dirimu”…

10. waktu sponge bob mau les nyetir buat dapetin sim.. “seharusnya kau belajar berjalan dulu nak, baru lah kau bisa berlari..”

11. waktu episode yg si spongebob nyari spatula baru, terus dia dapet spatula yg emas (klo ga salah), tapi si spatula emasnya ga nurut sama si spongebob akhirnya dia balik pk spatula nya yg lama. trus si spongebob ngomong: “Ternyata semua yg berkilau itu belum tentu emas” 

so..

masihkah kalian memandang mereka dengan sebelah mata ?